Blog Guru Keren

Ayo Siapkan Dirimu menjadi Guru Penggerak.

Blog Guru Keren 2

Portal Guru Berbagi merupakan layanan dari kemendikbud agar setiap guru saling berbagi RPP dan praktik baik.

Blog Guru Keren

Diklat Guru Belajar Seri Masa Pandemi Covid-19.

Minggu, 27 Juni 2021

PGP - I - Kota Padang - Marsal Maret - Aksi Nyata ASTRA (Ambil Sampah Tanpa Ragu)

ASTRA (Ambil Sampah Tanpa Ragu)

1. Latar belakang tentang situasi yang dihadapi
            Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang indah. Dengan adanya program adiwiyata diharapkan seluruh masyarakat di sekitar sekolah agar dapat menyadari bahwa lingkungan yang hijau adalah lingkungan yang sehat bagi kesehatan tubuh kita. Salah satu cara menjadikan sekolah adiwiyata yaitu menjadikan sekolah yang bebas dengan sampah. Untuk itu SDN 13 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo mengadakan tempat sampah masing-masing kelas sebanyak 3 buah yaitu sampah organik, sampah an organik, dan sampah bahan beracun berbahaya. Tempat sampah yang dipakai pun merupakan daur ulang yaitu bekas kaleng cat. Hal ini sesuai dengan visi misi sekolah untuk menjadikan sekolah yang berwawasan lingkungan sehingga berhasil menjadi sekolah adiwiyata nasional tahun 2016.

          Program Adiwiyata ini merupakan program pendidikan lingkungan hidup yang sangat menunjang pada pencapaian standar lulusan di sekolah, dengan berkembangnya karakter yang dibiasakan pada program sekolah adiwiyata ini melalui tiga prinsipnya, yaitu edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Melalui program adiwiyata, sekolah bisa menyusun dan melaksankaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkan karakter murid yang peduli akan lingkungan.

2. Aksi Nyata yang dilakukan beserta alasan mengapa melakukan hal tersebut
            
            Aksi nyata yang dilakukan pada modul 3.3.a.10 Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid Calon Guru Penggerak yaitu ASTRA (Ambil Sampah Tanpa Ragu). Program ASTRA merupakan program sekolah untuk menumbuhkan karakter siswa sehingga peduli akan kebersihan lingkungan. Perencanaan untuk program ASTRA dimulai dari sosialisasi yang disampaikan kepada kepala sekolah, rekan guru, dan siswa.  Waktu sosialisasinya dimulai pada saat pembiasaan yang dilakukan sebelum memulai proses pembelajaran. Pelaksanaan ASTRA dilakukan 5 menit sebelum masuk ke dalam kelas dan 5 menit sebelum pulang. Ketika guru meneriakkan kata ASTRA, maka diharapkan siswa langsung mencari dan mengambil sampah yang berserakan di halaman sekolah.

          Alasan saya sebagai CGP memilih melakukan aksi nyata ASTRA karena berusaha menumbuhkan dan menanamkan warga sekolah yang peduli akan kebersihan lingkungan, baik di rumah maupun di sekolah. Harapannya dengan melaksanakan program ASTRA, murid terbiasa hidup bersih dan sehat serta lingkungan terbebas dari sampah baik di rumah maupun di sekolah. Program ASTRA memberikan dampak yang luar biasa kepada murid karena tidak hanya dilakukan oleh murid kelas tinggi, akan tetapi juga bisa diterapkan oleh murid kelas rendah di bawah bimbingan guru. Selain itu, murid juga belajar tentang pemilahan sampah sesuai tempah sampahnya yaitu sampah organik, an organik, dan bahan beracun berbahaya sehingga ketika mereka menemukan sampah, mereka paham dimana harus meletakannya.

Dokumentasi aksi nyata yang dilakukan :
            




            
            Gambar di atas adalah aksi nyata yang dilakukan di sekolah yaitu ASTRA (Ambil Sampah Tanpa Ragu). Sebelum masuk ke dalam kelas setelah istirahat, guru meneriakkan kata ASTRA, maka siswa langsung bergerak mencari dan mengumpulkan sampah yang ditemui di lingkungan sekolah.

4. Perasaan Setelah Menjalankan Aksi Nyata
            Aksi nyata yang dilakukan di SDN 13 Surau Gadang sedikit mengalami kendala karena proses pembelajaran tatap muka terbatas karena jumlah maksimal murid dan jumlah jam hanya sampai 50%. Untuk itu perlu waktu lebih dalam menyampaikan hal ini kepada rekan guru dan murid, sehingga prosesnya berjalan maksimal. Untuk memaksimalkannya, saya memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada rekan guru tentang program ASTRA sehingga bisa juga disampaikan kepada kelas yang lain.
            
           Untuk kelas 6, sudah ada perasaan senang dan puas ketika murid dengan kesadaran sendiri sudah terbiasa membuang sampah ke tempah sampah terpilah. Hanya hal yang perlu ditingkatkan yaitu, bagaimana murid sudah terbiasa dan mampu membuang sampah sesuai jenisnya karena selama ini masih ada sampah yang tercampur. Semoga pada tahun pelajaran baru 2021-2022, proses pembelajaran sudah kembali normal sehingga sosialisasi nya bisa lebih fokus kepada murid.

5. Pembelajaran yang didapat dari aksi nyata
            Banyak manfaat positif yang didapat dari aksi nyata yang dilakukan yaitu :
a. Terwujudnya visi dan misi sekolah yang peduli akan kebersihan lingkungan sehingga sekolah bebas dari sampah.
b. Menumbuhkan karakter baik kepada siswa bahwa tidak boleh membuang sampah sembarangan.
c. Terjalinnya kolaborasi yang baik antara kepala sekolah, rekan guru dan murid untuk menyukseskan aksi nyata yang dilakukan.

            Adapun hal yang belum berhasil di aksi nyata yang dilakukan adalah murid belum terbiasa dan mampu untuk membuang sampah sesuai jenisnya.

6. Rencana perbaikan untuk pelaksaan di masa mendatang
            Karena situasi sekarang masih belum sepenuhnya normal kembali, untuk itu perlu usaha-usaha rencana perbaikan di masa mendatang, seperti:
a. Membuat poster tentang program ASTRA dan membagikannya kepada rekan guru dan murid melalui WA grup
b. Membuat video yang menarik sehingga murid paham tentang program ASTRA dan jenis sampah terpilah walaupun sosialisasi di sekolah terkendala karena masalah waktu.

         

            

Selasa, 15 Juni 2021

Modul 3.2.a.7 Demonstrasi Kontekstual - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

            Pada modul 3.2.a.7, Calon Guru Penggerak membahas dan mempelajari tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, dimana kita akan melihat kekuatan aset yang ada di sekolah sendiri. Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan disebut sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, dimana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, hasrat, dan pengetahuan yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010)

         Pendekatan komunitas berbasis aset berfokus pada kekuatan aset yang dimiliki oleh sekolah sehingga berdampak kepada murid. Pendekatan PKBAmenekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. PKBA memfokuskan kepada kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

            Saya Marsal Maret, Calon Guru Penggerak dari SDN 13 Surau Gadang akan memetakan kekuatan aset yang dimiliki oleh komunitas saya, sebagai berikut:

            Dari modal manusia, SDN 13 Surau Gadang dipimpin oleh Ibu Desmawita, S.Pd, selaku kepala sekolah. Modal guru yang dimiliki oleh sekolah yaitu ada 3 orang yang berkualifikasi S2 dan selebihnya S1. Banyak hal-hal positif yang dimiliki oleh masing-masing guru sehingga bisa saling berbagi ilmunya kepada guru yang lain, seperti ada guru yang terampil IT, membuat video pembelajaran, membuat kerajinan tangan dari barang-barang bekas. Adapun kepemimpinan dari kepala sekolah melalui kerjasama dengan guru sudah banyak melahirkan prestasi untuk sekolah, salah satunya sekolah adiwiyata.

            Modal fisik yang dimiliki oleh sekolah yaitu berada di pusat kota yang padat penduduknya dan berada di dekat pasar tradisional. Sekolah berada agak jauh di jalan raya sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan untuk murid beraktivitas. Lingkungan sekolah yang asri karena merupakan sekolah adiwiyata nasional membuat suasana belajar di kelas maupun di halaman sekolah menjadi sejuk dan membuat murid betah berlama-lama di sekolah. Sekolah juga memiliki banyak sumberbelajar sehingga juga merupakan kekuatan aset yang dimiliki oleh sekolah.

            Gedung sekolah SDN 13 Surau Gadang sudah milik sendiri yang berasal dari hibah masyarakat sekitar. SDN 13 Surau Gadang memiliki ruangan belajar dalam kondisi baik ditunjang berbagai fasilitas lainnya seperti perpustakaan sekolah, musholla, halaman yang cukup luas serta adanya green house dan bank sampah yang merupakan kekuatan aset yang dimiliki oleh sekolah.

            Dari modal sosial yang dimiliki oleh sekolah yaitu adanya rasa saling memiliki oleh seluruh warga sekolah, masyarakat sekitar dan juga orang tua murid terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Hal ini dibuktikan dengan adanya paguyuban kelas yang berguna untuk memantau keadaan belajar di kelas masing-masing. Selain itu, pihak sekolah juga sering mengundang masyarakat sekitar dan orang tua murid untuk gotong royong membersihkan lingkungan sekolah sehingga adanya partisipasi dari orang tua dan masyarakat sekitar untuk menjadikan sekolah yang nyaman dan kondusif untuk belajar. Selain itu kami juga memanfaatkan para orang tua untuk menjadi narasumber di sekolah kami seperti, memberikan penyuluhan tentang makanan sehat, cara mencuci tangan dengan sabun yang benar maupun cara memanfaatkan dan mengolah sampah menjadi bernilai ekonomis.

            Dari segi modal finansial, kami pernah mendapatkan bantuan DAK untuk pembangunan ruang perpustakaan yang baru. Untuk operasional sekolah menggunakan Dana BOS dari pemerintah yang dikelola secara transparan dan profesional. Selain itu pihak sekolah juga bekerja sama  dengan pihak lain untuk pemenuhan dan pengadaan barang di sekolah seperti bantuan pot bunga dari orang tua murid, tempat sampah terpilah dari Dinas Lingkungan Hidup, dan cara mengoperasionalkan bank sampah dengan Universitas Bung Hatta.

            

Selasa, 01 Juni 2021

Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.8.1


        Salah satu tugas yang harus dibuat oleh CGP dalam modul 3 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu membuat koneksi antar materi yang sudah dipelajari selama modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul yang sudah dipelajari sebelumnya.
 

        Pada modul 1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara kita belajar tentang pemikiran beliau dalam menuntun dan mendidik murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Dalam filosofi beliau, kita mengenal “Pratap Triloka” yaitu Ing Ngarso Sang Tuludo (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangunkarso (di tengah memberikan motivasi), Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dukungan)”. Hubungan filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dengan mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah bagaimana kita seorang guru dalam mengambil keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam mengambil keputusan kita harus melihat terlebih dahulu latar atau penyebab ketika keputusan tersebut diambil sehingga murid merasa aman dan nyaman ketika berhadapan dengan gurunya. Menutut Ki Hajar Dewantara, tugas seorang guru hanya menuntun kodrat tumbuh kembang murid. Jika kita menanam padi maka lakukan langkah-langkah terbaik dalam menjaga dan memeliharanya, begitupun jika kita menanam jagung.  Materi pada modul 1 ini mengubah pola pikir saya sebagai seorang pendidik, memperlakukan mereka sesuai dengan kodratnya. Selain itu, dalam modul ini kita sebagai seorang guru tidak perlu lagi memberikan hukuman atau sanksi kepada murid, cukup dengan budaya positif berdasarkan kesepakatan kelas yang dibuat antara guru dengan murid.


        Kita sebagai seorang guru harus selalu memberikan contoh-contoh yang baik kepada siswa, salah satunya dalam mengambil keputusan dengan tepat dan menjadikan hal-hal tersebut sebagai budaya positif sebagai anggota masyarakat, bangsa, Negara serta tatanan dunia. Kita sebagai CGP juga sudah membahas dan mempelajari nilai dan peran guru penggerak serta visi guru penggerak, setelah mempelajari materi ini semoga kita bisa juga membaginya dengan rekan-rekan di sekolah dan komunitas yang ada di kecamatan bahkan di kota/kabupaten sehingga terwujud lingkungan belajar murid merdeka di sekolah masing-masing.    

      Pada modul 2, CGP membahs modul 2 yaitu Praktek Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid tentang kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran diferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, serta coaching. Keterkaitan materi “pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran” adalah bagaimana kita sebagai seorang guru membuat suasana belajar menjadi menyenangkan bagi siswa. Semua itu dapat kita lakukan dengan cara mempelajari kebutuhan siswa melalui pembelajaran diferensiasi dan membuat keputusan agar semua siswa merasa diperhatikan atau mendapat keadilan dalam proses pembelajaran.


        Pembelajaran sosial dan emosional juga memiliki keterkaitan dengan modul 3. Dalam PSE kita akan mengenal teknik STOP yang membantu kita dalam mengambil setiap keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, misalnya mengahadpi murid yang sering terlambat datang ke sekolah, tidak pernah siap dalam mebuat tugas yang diberikan guru.. Dalam mengambil keputusan kita harus memperhatikan dulu langkah-langkah dalam membuat keputusan. Pada modul 3 ini saya mendapatkan ilmu baru yang sangat luar biasa yang selama ini tidak pernah saya fikirkan yaitu dalam pengambilan keputusan kita harus memperhatikan prinsip dalam pengambilan keputusan, paradigma apa yang terkandung dalam masalah tersebut serta 9 langkah dalam mengambil keputusan yang baik dan adil. Dan setelah saya mempelajari modul ini saya langsung mengimplementasikannya dan itu sangat menyenangkan karena saya merasa setiap keputusan yang saya ambil akan adil terhadap berbagai pihak.
        Pada modul 2 CGP juga belajar tentang coaching. Coaching berbeda dengan mentoring dan konseling. Pada kegiatan coaching ada coach dan coachee. Pada coaching bukan coach yang memberikan jalan keluar kepada coachee, tetapi coachee akan menemukan jalan keluar atas masalah yang dihadapinya. Sedangkan hubungannya dengan materi modul 3 adalah seorang guru atau pendidik harus bisa melihat siswanya yang ada masalah baik itu dalam proses pembelajaran ataupun masalah pribadinya yang membuat siswa tidak fokus dengan sekolahnya. CGP sebagai coach juga bisa memberikan coaching kepada rekan guru di sekolah sehingga guru-guru yang ada di sekolah juga mampu memberikan coaching kepada muridnya sehingga tercipta ruang kolaborasi di komunitas sekolah.
        Materi yang dipelajari dalam Program Pendidikan Guru Penggerak memberikan manfaat yang sangat luar biasa baik kepada saya pribadi sebagai CGP, juga bisa membaginya dengan rekan guru di sekolah dan komunitas yang ada di lingkungan sekitar. Semua materi yang ada dalam modul program guru penggerak ini memiliki keterkaitan yang sangat erat yang sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak yaitu mandiri, kolaborasi, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid.
        Dalam menjalankan setiap aksi nyata yang sudah dipelajari, saya selalu mendapatkan dukungan dari kepala sekolah, pengawas, rekan-rekan guru sehingga apa yang sudah dipelajari juga dapat dipraktekkan oleh rekan guru yang lain. Semoga semakin banyak rekan-rekan guru se-Indonesia untuk mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak.

Senin, 31 Mei 2021

Jurnal Monolog 3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


        Dalam setiap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kita akan selalu dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika akan selalu membuat setiap pemimpin ragu dalam mengambil keputusan karena adanya pertentangan dalam dirinya antara benar dan salah. Secara umum ada pola, model, atau paradigma dalam setiap pengambilan keputusan yang bisa dikategorikan seperti hal di bawah ini:

1. Individu lawan masyarakat

2. Keadilan lawan kasihan

3. Kebenaran lawan kesetiaan

4. Jangka pendek lawan jangka panjang

        Selain 4 paradigma dalam pengambilan keputusan, ada juga prinsip-prinsip yang mendasari pemikiran seseorang dalam pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berbasis hasil akhir

2. Berbasis peraturan

3. Berbasis rasa peduli

        Setelah itu masalah tersebut kita masukkan dalam 9 langkah pengambilan keputusan, seperti bagan berikut ini:

Bagaimana cara saya untuk mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang didapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal mereka?

        Saya CGP di SDN 13 Surau Gadang akan melakukan sosialisasi dengan majelis guru. Dalam satu minggu saya mengambil satu hari untuk melakukan sosialisasi sambil berdiskusi dengan kepala sekolah sehingga bisa mentransfer proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini, saya juga bisa menjelaskan tentang dilema etika dan bujukan moral yang dialami oleh setiap guru baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah awal apa yang akan dilakukan untuk memulai pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?

1. Melakukan pemetaan masalah yang menjadi dilema etika atau bujukan moral

2. Memilih paradigma dari 4 paradigma pengambilan keputusan

3. Menggunakan salah satu prinsip dalam pengambilan keputusan

4. Melakukan uji pengambilan keputusan.

Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut? Catat rencana anda, sehingga anda tidak lupa.

        Saya akan melakukannya pada tanggal pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2021 karena pada hari tersebut proses pembelajaran lebih cepat selesai sehingga bisa mengumpulkan guru. Saya juga akan membagikan proses pengambilan keputusan ini melalui komunitas KKG Gugus III kecamatan Nanggalo, karena saya juga dipercaya sebagai ketuanya.

Siapa yang akan menjadi pendamping anda dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seseorang yang akan menjadi teman diskusi anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang anda ambil telah tepat dan efektif.

        Dalam kegiatan di sekolah saya akan meminta pendamping dari kepala sekolah karena banyak pengalaman yang telah dilalui oleh kepala sekolah baik dalam masalah dilema etika maupun bujukan moral. Sedangkan dalam menceritakan proses pengambilan keputusan di komunitas KKG Gugus, saya meminta bantuan dari Ibu Ratmi Yetti, guru di SD Aisyiyah Plus Kecamatan Nanggalo, kebetulan beliau juga menjadi CGP dalam satu kecamatan. Dengan adanya sinergi dan kolaborasi, semoga sosialisasi dan diskusi tentang proses pengambilan keputusan bisa dirasakan manfaatnya oleh semua orang.



Rabu, 10 Februari 2021

PGP-1-Kota Padang-Marsal Maret-1.4-Aksi Nyata

 A. Latar Belakang

          Penilaian hasil belajar murid selama masa pandemi covid-19 membutuhkan kreatifitas guru dalam merancang sistem penilaian yang menarik dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar selama PJJ. Jika selama ini proses penilaian hanya menggunakan kertas dan pena maka selama proses pembelajaran jarak jauh, sistem penilaian menggunakan aplikasi teknologi dengan menggunakan HP murid masing-masing. Sistem penilaian yang baik juga harus mampu mengukur sejauh mana pemahaman murid dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru

         Pembelajaran daring merupakan langkah yang harus diambil selama masa pandemi karena memprioritaskan keselamatan guru dan murid. Untuk itu guru juga harus menyesuaikan diri dengan meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan aplikasi teknologi yang bertujuan memudahkan murid dalam proses pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna untuk murid. Dalam hal ini, aplikasi yang mendukung sistem penilaian dalam PJJ adalah penggunaan aplikasi quizizz karena penggunaannya sangat mudah dan tidak memberatkan orang tua dan murid.

B. Deskripsi Aksi Nyata yang Dilakukan

            Aplikasi quizizz merupakan salah satu aplikasi yang membantu guru dalam merancang sistem penilaian dalam mengukur sejauh mana pengetahuan murid dalam memahami materi pelajaran selama PJJ. Dalam quizizz terdapat soal latihan yang sudah tersedia karena dibuat oleh guru-guru lain maupun dapat juga dibuat sendiri oleh guru kelas masing-masing. Untuk melihat sejauh mana hasil belajar yang efektif dan sesuai dengan karakteristik murid maka guru harus membuat soalnya sendiri untuk mengukur kompetensi pengetahuan murid.

            Penggunaan quizizz juga membangkitkan motivasi murid dalam proses PJJ karena murid dapat mengetahui secara langsung hasil yang didapatnya dan peringkat di kelas masing-masing. Tampilan quizizz sangat menarik karena tulisan soal yang ada mudah dibaca oleh murid disertai bunyi musik yang membuat murid semakin senang dan gembira dalam mengikuti penilaian yang dirancang oleh guru.

C. Hasil dari Aksi Nyata yang Dilakukan

            Hasil dari penggunaan aplikasi quizizz dalam merancang sistem penilaian membuat penilaian tidak lagi menggunakan kertas dan pena, akan tetapi menggunakan teknologi sehingga guru juga terlatih untuk melek menguasai IT. Hasil belajar yang didapat dari aplikasi quizizz diketahui secara langsung oleh murid, serta rekapitulasi nilai semua siswa juga dapat dicetak untuk menjadi bukti proses penilaian selama belajar daring.

D. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

            Proses pembelajaran juga ditentukan bagaimana hasil belajar yang diperoleh oleh murid. Selain itu sebagai CGP, peranan guru penggerak untuk menumbuhkan nilai kreatif dan kolaboratif diperlukan dalam mewujudkan lingkungan belajar murid merdeka. Dalam hal kreatif, guru mampu menggunakan aplikasi penilaian dalam proses pembelajaran jarak jauh. Sedangkan dalam kolaboratif, CGP mengajak dan memperkenalkan aplikasi ini kepada rekan guru yang lain sehingga dapat juga diterapkan di kelas masing-masing.

E. Rencana perbaikan di masa yang akan datang

            Proses penilaian yang baik harus mampu mengukur sejauh mana kompetensi pengetahuan murid ketika pembelajaran dilaksanakan secara daring. Untuk itu, dalam membuat soal, guru harus melihat karakteristik murid dan kemampuan murid dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga soal yang dibuat valid. Dalam membuat soal juga harus bervariasi, disertai tambahan gambar-gambar yang menarik oleh siswa.

F. Dokumentasi Pelaksanaan